MEDIA PEMALANG- Dalam tradisi masyarakat muslim di Indonesia, kita sering mendengarkan para ustaz mengirimkan dan menghadiahkan Al Fatihah untuk orang yang sudah meninggal. Lalu bagaimana hukum menghadiahkan Al Fatihah untuk diri sendiri?
Menghadiahkan Al Fatihah untuk orang yang masih hidup sejatinya pernah dipraktikkan Malaikat Jibril ketika meruqyah Nabi Muhammad yang terkena sihir.
Sementara menghadiahkan Al Fatihah bagi orang yang sudah meninggal masih menjadi perdebatan, apakah pahala bacaan Al Fatihah tersebut sampai kepada mayit atau tidak.
Lantas adakah hukum menghadiahkan Al Fatihah untuk diri sendiri untuk mendapatkan keutamaan-keutamaan seperti meruqyah diri sendiri sebagaimana Malaikat Jibril meruqyah Nabi Muhammad. Atau dengan tujuan-tujuan tertentu seperti keutamaan mendapatkan rezeki dan diangkat penyakit?
Lembaga Fatwa Yordania (Darul Ifta Yordania) dalam sebuah fatwa yang dikeluarkan oleh Lajnah Ifta (nomor 928 tanggal 22/09/2010) menjelaskan tentang hukum menghadiahkan Al Fatihah untuk diri sendiri, apa pun tujuannya.
Dijelaskan bahwa bertawasul menggunakan Al Fatihah untuk diri sendiri adalah sesuatu yang disunnahkan. Sunnah berarti sesuatu yang diamalkan oleh Rasulullah dan memiliki dalil yang jelas.
Setidaknya terdapat tiga dalil yang dikemukakan oleh Darul Ifta Yordania mengapa hukum menghadiahkan Al Fatihah untuk diri sendiri sebagai sunnah:
1. Surat Al-Fatihah mengandung sifat-sifat Allah
أن التوسل بالقرآن الكريم هو توسل بصفة من صفات الله تعالى، والتوسل بصفات الله عز وجل مشروع باتفاق العلماء