Masa depan atau masa yang akan datang itu ada dua: di dunia dan akhirat. Keduanya jelas berbeda. Masa depan di dunia, jika kita gagal atau kurang berhasil, penyesalannya hanyalah sampai ketika hayat masih dikandung badan saja.
Namun, kegagalan di alam akhirat adalah kegagalan yang hakiki. Kita akan merasakan penyesalan yang tiada akhir. Kita, siap tidak siap, suka tidak suka, harus mempertanggungjawabkan apa yang telah kita lakukan selama hidup di dunia.
Hadirin, Jama’ah Ju’mat Rahimakumullah…
Pada ayat tadi, kata ghad yang bermakna “akhirat”, disebutkan dalam bentuk nakirah atau umum. Hal ini menunjukkan bahwa akhirat adalah suatu yang besar dan karenanya tak diketahui bagaimana keadaannya.
Kebesaran dan ketidaktahuan seseorang tentang akhirat hendaknya menjadikan kita selalu memperbaiki diri kapan dan dimanapun berada. Karena tak seorang pun mengetahui bagaimana nasibnya di akhirat kelak. Yang bisa dilakukan adalah mempersiapkannya bekal dengan maksimal.
Apa bekal itu?
Tidak lain dan tidak bukan adalah ketakwaan kita kepada Allah selama di dunia.
Definisi ketakwaan, sebagaimana yang sering kita dengar, adalah menjalankan perintah dan meninggalkan larangan. Yang mana pada ayat tadi, Allah menyebutkan perintah untuk bertakwa itu sebanyak dua kali:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ
Dan…