Rangkuman Materi Mapel Bahasa Indonesia Kelas XI, Struktur Teks  Cerita Pendek Juru Masak

- 11 September 2022, 12:51 WIB
Ilustrasi Soal Jawaban
Ilustrasi Soal Jawaban /Unsplash/

Media Pemalang - Artikel dibawah ini adalah materi terkait Struktur Teks Cerita Pendek yang merupakan bagian dari mata pelajaran Bahasa Indonesia Kelas XI yang harus dipelajari oleh peserta didik.

Dalam artikel Struktur Teks Cerita Pendek berikut, terdapat pada buku paket yang diterbitkan oleh Kemdikbud.

Materi dalam artikel ini dapat digunakan oleh guru, orang tua maupun peserta didik sendiri sebagai bahan sumber belajar.

Berikut adalah materi Struktur Teks Cerita Pendek

Dengan membaca cerpen “Juru Masak”, tentu saja kalian mendapatkan sebuah gambaran bagaimana menemukan solusi pada masalah yang dihadapi, terutama terhadap masalah yang dialami tokoh dalam cerita pendek tersebut.

Pengarang berusaha menyajikan idenya melalui rangkaian peristiwa yang terjalin menjadi satu. Di dalamnya juga terjadi berbagai konflik antartokoh dan konflik dalam diri tokoh itu sendiri melalui latar dan alur yang dipaparkan.

Baca Juga: Rangkuman Materi Bahasa Indonesia Kelas XI, Pengertian Cerita Pendek, Membangun Konteks dan Pemodelan Teks

Baca Juga: Kunci Jawaban Soal Bahasa Indonesia Kelas VII SMP Mengenali Majas Sarkasme dalam Cerita Fantasi

Kalian dapat mengamati bahwa teks cerita ulang ini terstruktur sedemikian rupa, sehingga pembaca dengan mudah menggali tema yang diceritakan pengarang. Struktur tersebut dimulai dengan abstrak, diikuti oleh orientasi, menuju komplikasi, yang kemudian melalui evaluasi menemukan solusi. Di bagian akhir, teks cerpen ditutup oleh koda.

Abstrak

Perhelatan bisa kacau tanpa kehadiran lelaki itu. Gulai kambing akan terasa hambar lantaran racikan bumbu tidak meresap ke dalam daging. Kuah gulai kentang dan gulai rebung bakal encer karena keliru menakar jumlah kelapa parut hingga setiap menu masakan kekurangan santan.

Akibatnya, berseraklah fitnah dan cela yang mesti ditanggung tuan rumah. Bukan karena kenduri kurang meriah, tidak pula karena pelaminan tempat bersandingnya pasangan pengantin tak sedap dipandang mata, tetapi karena macam-macam hidangan yang tersuguh tak menggugah selera. Nasi banyak gulai melimpah, tetapi helat tak bikin kenyang. Ini celakanya bila Makaji, juru masak handal itu tidak dilibatkan.

Orientasi

Beberapa tahun lalu, pesta perkawinan Gentasari dengan Rustamadji yang digelar dengan menyembelih tiga belas ekor kambing dan berlangsung selama tiga hari, tidak berjalan mulus, bahkan hampir saja batal. Keluarga mempelai pria merasa dibohongi oleh keluarga mempelai wanita yang semula sudah berjanji bahwa semua urusan masak-memasak selama kenduri berlangsung akan dipercayakan kepada Makaji, juru masak nomor satu di Lareh Panjang ini. Namun, di hari pertama perhelatan, ketika rombongan keluarga mempelai pria tiba, gulai kambing, gulai nangka, gulai kentang, gulai rebung, dan aneka hidangan yang tersaji ternyata bukan masakan Makaji. Mana mungkin keluarga calon besan itu bisa dibohongi? Lidah mereka sudah sangat terbiasa dengan masakan Makaji.“Kalau besok gulai nangka masih sehambar ini, kenduri tak usah dilanjutkan!” ancam Sutan Basabatuah, penghulu tinggi dari keluarga Rustamadji.

“Apa susahnya mendatangkan Makaji?”

“Percuma bikin helat besar-besaran bila menu yang terhidang hanya bikin malu .”

Baca Juga: Kunci Jawaban Soal Bahasa Indonesia Kelas VII SMP Menilai Alur dalam Cerita Fantasi

Baca Juga: Kunci Jawaban Soal Bahasa Indonesia Kelas VII SMP Mengenai Persamaan Puisi Rakyat dengan Pantun

Begitulah pentingnya Makaji. Tanpa campur tangannya, kenduri terasa hambar, sehambar gulai kambing dan gulai rebung karena bumbu-bumbu tak diracik oleh tangan dingin lelaki itu. Sejak dulu, Makaji tidak pernah keberatan membantu keluarga mana saja yang hendak menggelar pesta, tak peduli apakah tuan rumah hajatan itu orang terpandang yang tamunya membludak atau orang biasa yang hanya sanggup menggelar syukuran seadanya. Makaji tak pilih kasih, meski ia satu-satunya juru masak yang masih tersisa di Lareh Panjang. Di usia senja, ia masih tangguh menahan kantuk, tangannya tetap gesit meracik bumbu, masih kuat ia berjaga semalam suntuk.

Komplikasi

“Separuh umur Ayah sudah habis untuk membantu setiap kenduri di kampung ini, bagaimana kalau tanggung jawab itu dibebankan pada yang lebih muda?” saran Azrial, putra sulung Makaji sewaktu ia pulang kampung enam bulan lalu.

“Mungkin sudah saatnya Ayah berhenti.”

“Belum! Akan Ayah pikul beban ini hingga tangan Ayah tak lincah lagi meracik bumbu,” balas Makaji waktu itu.

“Kalau memang masih ingin jadi juru masak, bagaimana kalau Ayah jadi juru masak di salah satu rumah makan milik saya di Jakarta? Saya tak ingin lagi berjauhan dengan Ayah.”

Sejenak Makaji diam mendengar tawaran Azrial. Tabiat orang tua memang selalu begitu, walau terasa semanis gula, tak bakal langsung direguknya, meski sepahit empedu tidak pula buru-buru dimuntahkannya, mesti matang ia menimbang. Makaji memang sudah lama menunggu ajakan seperti itu. Orang tua mana yang tak ingin berkumpul dengan anaknya di hari tua? Dan kini, gayung telah bersambut, sekali saja ia mengangguk, Azrial akan segera memboyongnya ke rantau. Makaji tetap akan mempunyai kesibukan di Jakarta, ia akan jadi juru  masak di rumah makan milik anaknya sendiri.

“Beri Ayah kesempatan satu kenduri lagi!”

“Kenduri siapa?” tanya Azrial.

“Mangkudun. Anak gadisnya baru saja dipinang orang. Sudah terlanjur Ayah

sanggupi, malu kalau tiba-tiba dibatalkan.”

Merah padam muka Azrial mendengar nama itu. Siapa lagi anak gadis Mangkudun kalau bukan Renggogeni, perempuan masa lalunya. Musabab hengkangnya ia dari Lareh Panjang tidak lain adalah Renggogeni, anak perempuan tunggal beleng itu. Siapa pula yang tak kenal Mangkudun? Di Lareh Panjang, ia dijuluki tuan tanah, hampir sepertiga wilayah kampung ini miliknya. Sejak dulu, orang-orang Lareh Panjang yang kesulitan uang selalu beres di tangannya. Mereka tinggal menyebutkan sawah, ladang, atau tambak ikan sebagai agunan. Dengan senang hati Mangkudun akan memegang gadaian itu.

Masih segar dalam ingatan Azrial, waktu itu Renggogeni hampir tamat dari akademi perawat di kota. Tidak banyak orang Lareh Panjang yang bisa bersekolah tinggi seperti Renggogeni. Perempuan kuning langsat pujaan Azrial itu benar-benar akan menjadi seorang juru rawat. Sementara Azrial bukan siapa-siapa, hanya tamatan madrasah aliyah yang sehari-hari bekerja honorer sebagai sekretaris di kantor kepala desa. Ibarat emas dan loyang perbedaan mereka.

“Bahkan bila ia jadi kepala desa pun, tak sudi saya punya menantu anak juru masak!” bentak Mangkudun. Dan tak lama berselang, kabar ini berdengung juga di telinga Azrial.

“Dia laki-laki taat, jujur, bertanggung jawab. Renggo yakin kami berjodoh.”

“Apa kau bilang? Jodoh? Saya tidak rela kau berjodoh dengan Azrial. Akan saya

carikan kau jodoh yang lebih bermartabat!”

“Apa dia salah kalau ayahnya hanya juru masak?”

“Jatuh martabat keluarga kita bila laki-laki itu jadi suamimu. Paham kau?”

Evaluasi

Derajat keluarga Azrial memang seumpama lurah tak berbatu, seperti sawah tak berpembatang, tak ada yang bisa diandalkan. Tetapi tidak patut rasanya Mangkudun memandangnya dengan sebelah mata. Maka, dengan berat hati Azrial melupakan Renggogeni. Ia hengkang dari kampung, pergi membawa luka hati.

Resolusi

Awalnya ia hanya tukang cuci piring di rumah makan milik seorang perantau dari Lareh Panjang yang lebih dulu mengadu untung di Jakarta. Sedikit demi sedikit dikumpulkannya modal, agar tidak selalu bergantung pada induk semang. Berkat kegigihan dan kerja keras selama bertahun-tahun, Azrial kini sudah jadi juragan, punya enam rumah makan dan dua puluh empat anak buah yang tiap hari sibuk melayani pelanggan.

Barangkali, ada hikmahnya juga Azrial gagal mempersunting anak gadis Mangkudun. Kini, lelaki itu kerap disebut sebagai orang Lareh Panjang paling sukses di rantau. Itu sebabnya ia ingin membawa Makaji ke Jakarta. Lagi pula, sejak ibunya meninggal, ayahnya itu sendirian saja di rumah, tak ada yang merawat. Adik-adiknya sudah terbang hambur pula ke negeri orang.

Meski hidup Azrial sudah berada, tetapi ia masih saja membujang. Banyak yang ingin mengambilnya jadi menantu, tetapi tak seorang perempuan pun yang mampu meluluhkan hatinya. Mungkin Azrial masih sulit melupakan Renggogeni, atau jangan-jangan ia tak sungguh-sungguh melupakan perempuan itu.

Koda

Dua hari sebelum kenduri berlangsung, Azrial, anak laki-laki Makaji datang dari Jakarta. Ia pulang untuk menjemput Makaji. Kini, juru masak itu sudah berada di Jakarta, mungkin tak akan kembali, sebab ia akan menghabiskan hari tua di dekat anaknya. Orang-orang Lareh Panjang akan kehilangan juru masak handal yang pernah ada di kampung itu. Kabar kepergian Makaji sampai juga ke telinga pengantin baru Renggogeni. Perempuan itu dapat membayangkan betapa terpiuhnya perasaan Azrial setelah mendengar kabar kekasih pujaannya telah dipersunting lelaki lain.

Demikianlah artikel mengenai materi Struktur Teks Cerita Pendek, yang terdapat pada buku paket, yang dapat digunakan sebagai bahan referensi belajar secara mandiri. ***

Editor: Soni Susilo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah