Ruam berkembang secara berurutan dari makula (lesi dengan dasar datar) menjadi papula (lesi keras yang sedikit terangkat), vesikel (lesi berisi cairan bening), pustula (lesi berisi cairan kekuningan), dan krusta yang mengering dan rontok. Jumlah lesi bervariasi dari beberapa hingga beberapa ribu. Dalam kasus yang parah, lesi dapat menyebar dan menyatu sampai sebagian besar kulit terkelupas.
Biasanya, cacar monyet merupakan penyakit yang sembuh sendiri dengan gejala yang berlangsung dari 2 hingga 4 minggu. Kasus yang parah seringkali terjadi pada anak-anak dan terkait dengan tingkat paparan virus, status kesehatan pasien, dan sifat komplikasi.
Baca Juga: 5 Lagu Self Healing ini Cocok Diputar saat Sedang Banyak Tekanan
Penurunan imun yang mendasar akan menyebabkan hasil yang lebih buruk. Meskipun vaksinasi terhadap cacar di masa lalu bersifat protektif, saat ini orang yang berusia kurang dari 40 hingga 50 tahun (tergantung negaranya) mungkin lebih rentan terhadap cacar monyet. Hal ini disebabkan oleh penghentian kampanye vaksinasi cacar secara global setelah pemberantasan penyakit tersebut.
Kemudian, komplikasi cacar monyet dapat mencakup infeksi sekunder, bronkopneumonia, sepsis, ensefalitis, dan infeksi kornea dengan kehilangan penglihatan berikutnya. Sejauh mana infeksi asimtomatik dapat terjadi tidak diketahui.
Rasio kasus fatalitas cacar monyet secara historis berkisar antara 0 hingga 11% pada populasi umum dan lebih tinggi di antara anak-anak. Dalam beberapa waktu terakhir, rasio kasus kematian telah sekitar 3-6%.
Nah, demikian informasi mengenai cara penularan dan gejala yang ditimbulkan oleh penyakit cacar monyet.***