Shalat, Puasa, Sedekah Semua Tertolak Jika Tidak Memaafkan Orang Lain, Ini Hadisnya

- 2 Maret 2022, 05:05 WIB
/

MEDIA PEMALANG - Tak terhitung jumlah ayat Al-Qur’an dan hadis yang menganjurkan untuk memberikan maaf kepada orang lain, tetapi tak satu pun ayat atau hadis yang menganjurkan untuk meminta maaf.

Dalam pandangan agama, meminta maaf termasuk perkara yang mudah. Tetapi memberikan maaf kepada orang yang telah berbuat salah, mengikhlaskan kesalahan orang lain, termasuk perbuatan yang sangat jarang bisa dilakukan.

Karena itulah Allah memuliakan orang yang memberikan maaf di dalam ayat Al-Qur’an, begitupun janji-janji Rasulullah lewat hadisnya.

عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَجُلا جَاءَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ النَّاسِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ؟ وَأَيُّ الأَعْمَالِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " أَحَبُّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ، وَأَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ سُرُورٌ تُدْخِلُهُ عَلَى مُسْلِمٍ، أَوْ تَكْشِفُ عَنْهُ كُرْبَةً، أَوْ تَقْضِي عَنْهُ دِينًا، أَوْ تَطْرُدُ عَنْهُ جُوعًا، وَلَأَنْ أَمْشِيَ مَعَ أَخٍ لِي فِي حَاجَةٍ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَعْتَكِفَ فِي هَذَا الْمَسْجِدِ، يَعْنِي مَسْجِدَ الْمَدِينَةِ، شَهْرًا، وَمَنْ كَفَّ غَضَبَهُ سَتَرَ اللَّهُ عَوْرَتَهُ، وَمَنْ كَظَمَ غَيْظَهُ، وَلَوْ شَاءَ أَنْ يُمْضِيَهُ أَمْضَاهُ، مَلأَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ قَلْبَهُ أَمْنًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ مَشَى مَعَ أَخِيهِ فِي حَاجَةٍ حَتَّى أَثْبَتَهَا لَهُ، أَثْبَتَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ قَدَمَهُ عَلَى الصِّرَاطِ يَوْمَ تَزِلُّ فِيهِ الأَقْدَامُ ".

Diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar bahwasannya ada seorang laki-laki yang mendatangi Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam.

Ia berkata, “Wahai Rasulullah, manusia apa yang paling dicintai oleh Allah? Dan amal apa yang paling dicintai oleh Allah ‘azza wa jalla?”

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya, sedangkan amal yang paling dicintai oleh Allah adalah kebahagiaan yang engkau diberikan kepada diri seorang muslim atau engkau menghilangkan kesulitannya atau engkau melunasi hutangnya atau membebaskannya dari kelaparan. Dan sesungguhnya (jika) aku berjalan bersama saudaraku untuk menunaikan satu hajat/keperluan lebih aku sukai daripada aku beri’tikaf di masjid ini, yaitu masjid Madiinah selama sebulan. Dan barangsiapa yang meninggalkan amarahnya, niscaya Allah akan tutup aurat (kesalahan)-nya. Barangsiapa yang menahan amarahnya padahal ia mampu melakukannya, niscaya Allah ‘azza wa jalla akan memenuhi hatinya dengan rasa aman pada hari kiamat. Barangsiapa yang berjalan bersama saudaranya untuk menunaikan satu keperluan hingga keperluan itu dapat ditunaikan baginya, niscaya Allah ‘azza wa jalla akan mengokohkan kakinya di atas shiraath pada hari dimana banyak kaki yang tergelincir padanya.”

[Al-Mu’jamul-Kabiir, 12/453 no. 13646, Al-Mu’jamul-Ausath 6/139-140 no. 6026, dan Al-Mu’jamush-Shaghiir (Ar-Raudlud-Daaniy) 2/106 no. 861].

Baca Juga: Ya Arhamarrohimin, Kalimat yang Mengakhiri Penyakit Nabi Ayyub selama 18 Tahun, Begini Cara Mengamalkannya

Sebaliknya, Rasulullah sangat mengecam orang-orang yang tidak mau memaafkan orang lain. Bahkan dalam sebuah hadis Rasulullah mengatakan bahwa pahala orang-orang yang tidak memaafkan semuanya tertolak, baik puasa, shalat dan sedekahnya.

عن أبي الدرداء قال: قال صلى الله عليه و سلم:  ألا أُخبرُكَ بأفضلَ مِنْ درجةِ الصيامِ و الصلاةِ و الصدقةِ ؟ إصلاحُ ذاتِ البينِ ؛ فإِنَّ فسادَ ذاتِ البينِ هيَ الحالِقَةُ

Dari Abu Darda, Rasulullah bersabda, “Maukah kalian kuberitahu amalan yang lebih baik dari puasa, shalat dan sedekah? Mendamaikan perkara sesame, karena perselisihan itu membinasakan.”

Baca Juga: Begini Cara Meminta Maaf Kepada Orang Tua yang Sudah Meninggal

Hadis ini diriwayatkan oleh Abu Dawud, At-Tirmidzi dan Ibnu Hibban, terdapat dalam Shahih Al-Jami’ No. 2595 dan Shahih At-Targib No. 2827/2814. Hadis ini dinilai shahih oleh sebagian besar ulama.

Dalam kitab Syarh Riyadh Ash-Shalihin, Syaikh Ath-Thabib Ahmad Hathibah menjelaskan bahwa ada dua pendapat tentang shalat, puasa dan sedekah dalam hadis ini, apakah yang dimaksud ibadah wajib atau sunnah.

Pertama, hadis ini menunjuk pada ibadah-ibadah sunnah. Bahwa lebih utama bagi seseorang untuk mendamaikan perselisihan ketimbang melaksanakan puasa, shalat dan sedekah sunnah.

Kedua, ini juga berlaku pada ibadah-ibadah wajib. Semisal ketika seseorang dihadapkan pada dua hal, melaksanakan shalat ketika orang di sekitarnya sedang berselisih dan hendak saling membunuh. Maka yang paling utama adalah menghentikan shalat dan mendamaikan orang yang berselisih.

Hal ini sesuai dengan hadis lain yang mengatakan bahwa prioritas agama yang paling pertama adalah keamanan (nyawa), kesehatan dan kesejahteraan, dan ketiga adalah ibadah. Ibadah apa pun, meski wajib, harus dihentikan jika terjadi sesuatu yang membahayakan nyawa.

Baca Juga: Perang Rusia-Ukraina Makin Mencekam, Baca Doa Ini untuk Keselamatan Umat Manusia

Selanjutnya kata al-haliqah, membinasakan, dalam hadis ini memiliki dua makna. Pertama bahwa kata ini mengindikasikan bahwa  perselisihan itu akan membinasakan kehidupan sesamama manusia.

Tetapi kata ini bisa juga dimaknai bahwa yang binasa dari orang-orang yang berselisih adalah ibadah-ibadah yang ia lakukan, terutama ibadah sunnah seperti shalat, puasa, dan sedekah. Semua ibadahanya tertolak.***

Editor: Gani P.


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah