Network
Baca Juga: Viral! Seorang Pria Onani di Transportasi Umum di Jakarta, Mulai dari KRL hingga Busway
Ujaran tersebut dipertanyakan oleh Wakil Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS), Rivanlee Anandar.
Ia menganggap bahwa pernyataan Netty merupakan sebuah diskriminasi. Bukan berdasarkan aturan PPKM yang berlaku, tetapi cara klasis terhadap para remaja yang nongkrong di sana.
"Pernyataan ini menunjukan cara pandang yang klasis, seolah hanya kelas tertentu, atau dalam konteks ini, ruang publik di Jakarta hanya boleh digunakan orang KTP Jakarta saja," kata dia.
Pernyataan Netty mengenai gaya berpakaian para remaja Citayem ini juga dinilai mengarah kepada stadardisasi gaya berpakaian.
Baca Juga: Presiden Joko Widodo Melarang Ibu-ibu Melahirkan Anak Satu Tahun Sekali, Harus ada Jeda
"Semestinya tak perlu sampai direspon demikian berlebihan. Jika fokus pada PPKM, tetaplah pada aturan tersebut. Tetapi, karena membahas ke hal lain, jadi turut menjelaskan cara pandang polisi tak hanya soal PPKM, melainkan diskriminatif," tegasnya.
Fenomena remaja Citayam nongkrong di kawasan Jalan Sudirman merupakan bentuk kebebasan menikmati fasilitas umum dan ruang terbuka. Tidak peduli asal bahkan jenis pakaian yang dipakai, selama itu adalah fasilitas umum maka berhak menggunakannya.
Sejalan dengan itu, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan juga mengatakan bahwa fenomena tersebut merupakan bagian dari demokrasi jalan. Semua warga dari semua kalangan dapat menikmatinya.***
