Contoh Sambutan Walimatus Safar Haji yang Menyentuh Hati, Bisa juga untuk Ceramah Walimatussafar Haji

- 25 Mei 2023, 16:49 WIB
Contoh kata sambutan walimatus safar haji yang bisa digunakan untuk ceramah walimatus safar haji yang menyentuh hati
Contoh kata sambutan walimatus safar haji yang bisa digunakan untuk ceramah walimatus safar haji yang menyentuh hati /

“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang mampu mengadakan perjalanan ke Baitullah,” (QS Ali Imran: 97).  

Ayat ini kerap kita muncul dan kita dengar dalam konteks penjelasan tentang kewajiban berhaji bagi yang mampu. Dijelaskanlah tolok ukur mampu mulai dari segi ekonomi, kesehatan fisik, transportasi, keamanan, dan lainnya.

Keterangan tersebut mengacu pada frasa dalam ayat: man-istathâ‘a ilaihi sabîlâ. Yang kerap tertinggal dari penjelasan tersebut justru frasa di awal: lillâh (untuk Allah).  

Lillâh dalam ayat tersebut amat krusial karena merupakan ruh dari kewajiban haji. Semampu apa pun seseorang berhaji ia mesti memancangkan niatnya secara serius untuk semata karena  dan kepada Allah ta’âlâ.

Jika kata “haji” secara bahasa berarti menyengaja, maka inti dari kesengajaan itu sepenuhnya tertuju pada maksud tulus menggapai ridha Allah subhanahu wata’ala.  

Pertanyaannya: bila keinginan kita ke Tanah Suci kembali meledak-ledak di musim haji ini, untuk siapa atau untuk apakah keinginan itu? Adakah yang terbesit selain beribadah kepada Allah di balik keinginan tersebut?  

Baca Juga: Doa untuk Orang Berangkat Haji agar Mabrur sesuai Sunnah, Teks Arab Latin dan Artinya dalam bahasa Indonesia

Jamaah jamaah walimatus safar haji hafidhakumullâh,  

Di luar keperluan ibadah, haji tak dipungkiri memang mengandung kepentingan-kepentingan lain yang bersifat duniawi. Pertama, secara sosial, haji bisa membuat seseorang merasa “naik kelas” karena faktor budaya yang berkembang di masyarakat kita. Biaya haji yang tidak sedikit memberi kesan bahwa orang haji adalah orang mampu, mapan, dan kaya.

Gelar “haji” yang diperoleh sepulang nanti juga kian menambah citra kesalehan dan kehormatan diri. Dengan demikian status sosial pun meningkat dari “biasa-biasa” saja menjadi “luar biasa”. Penyakit hati yang mengiringi kondisi ini biasanya adalah sombong, ujub, dan merasa “lebih” daripada orang lain.  

Halaman:

Editor: Muhammad Aswar


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x