Hati-hati! Gelombang Panas Ekstrem Melanda, BMKG Ungkap Ancaman 'Neraka Bocor' Bagi Indonesia!

- 6 Mei 2024, 11:00 WIB
Ilustrasi Fenomena gelombang panas (heat wave)
Ilustrasi Fenomena gelombang panas (heat wave) /Freepik /

MEDIAPEMALANG.COM - Fenomena "neraka bocor" tengah mengguncang banyak negara tetangga Indonesia. Thailand, sebagai contohnya, mengalami gelombang panas dengan suhu mencapai 52°C. Kasus meninggal akibat heat stroke sudah mencapai 30 orang, mendorong Pemerintah Thailand untuk mengeluarkan peringatan cuaca panas pada Kamis (25/4/2024).

Manila, Filipina, juga dilanda cuaca panas ekstrem pada awal April. Sekolah-sekolah bahkan terpaksa membatalkan kelas tatap muka karena suhu mencapai 42 derajat Celsius. Indeks panas menyatakan bahwa kondisi di Manila masuk dalam kategori "bahaya".

Bagaimana dengan Indonesia? Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan suhu udara maksimum di atas 36.5°C di beberapa wilayah. Misalnya, pada 21 April di Medan, Sumatra Utara, suhu maksimum mencapai 37.0°C, sementara di Saumlaki, Maluku, mencapai 37.8°C. Di Palu, Sulawesi Tengah, pada 23 April, suhu maksimum mencapai 36.8°C.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menjelaskan bahwa fenomena suhu panas di Indonesia disebabkan oleh posisi semu Matahari yang berdekatan dengan khatulistiwa pada bulan April. Meskipun fenomena ini berulang setiap tahun, bukan termasuk heat wave karena pemicunya berbeda.

Baca Juga: Waspada! BMKG Prediksi 5 Wilayah di Indonesia Bakal Dilanda Cuaca Ekstrem Jelang Kemarau

BMKG memperkirakan bahwa sekitar 63% wilayah Zona Musim akan memasuki Awal Musim Kemarau antara Mei dan Agustus 2024. Namun, pada pertengahan April, beberapa wilayah masih basah dengan hujan, seperti Luwu Utara (Sulawesi Selatan), Banjarbaru (Kalimantan Selatan), Kapuas Hulu (Kalimantan Barat), dan Tanjung Perak Surabaya (Jawa Timur).

Guswanto menekankan bahwa BMKG masih mengidentifikasi potensi peningkatan curah hujan secara signifikan dalam seminggu ke depan, terutama di beberapa wilayah di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh faktor seperti aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO), Gelombang Kelvin dan Rossby Equatorial, serta kondisi suhu muka laut yang hangat di sekitar perairan Indonesia.

Kepala Pusat Meteorologi Publik, Andri Ramdhani, menjelaskan bahwa April merupakan periode transisi dari musim hujan ke musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia. Oleh karena itu, masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi cuaca ekstrem, seperti hujan lebat yang disertai kilat/petir dan angin kencang.

Masa transisi musim ditandai dengan pola hujan yang biasanya terjadi pada sore hingga menjelang malam hari, setelah udara hangat dan terik pada pagi hingga siang hari. Radiasi Matahari yang besar memicu konveksi udara dari permukaan bumi ke atmosfer, membentuk awan.

Halaman:

Editor: Dwi Andri Yatmo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah