MEDIA PEMALANG- Mungkin di masa kecil dulu, kita sering melihat betapa meriahnya sebuah kampung setiap ada satu atau beberapa santri yang mengaji di langgar atau masjid ketika khataman Al-Qur’an diadakan begitu meriah, semeriah pesta pernikahan.
Sejatinya itu telah dilangsungkan bahkan oleh para sahabat, berlanjut ke masa tabi’in, hingga ke masa kita sekarang.
Tetapi bukanlah kemeriahannya yang menjadi tolok ukur, namun usaha untuk menghadirkan sebanyak mungkin orang, lalu berdoa bersama-sama. Sebab doa orang-orang yang mengkhatamkannya akan diamini oleh empat ribu malaikat.
Sebuah hadis yang diriwayatkan dari Humaid Al-A’raj, Rasulullah bersabda, “Ketika seseorang telah selesai membaca Al-Qur’an kemudian ia berdoa, maka doanya akan diamini oleh empat ribu malaikat.”
Selain kemeriahan itu, ada beberapa tradisi khataman yang juga dijalankan di masa para sahabat.
Khatam setiap seminggu sekali
Di masa sahabat, Al-Qur’an tidaklah dibagi ke dalam 30 juz sebagaimana yang kita ketahui sekarang. Pembagian ke dalam 30 juz baru ada pada masa Al-Hajjaj bin Yusuf (w. 110 H.) dengan niat setiap orang bisa menyelesaikan Al-Qur’an selama 30 hari.
Di masa sahabat, Al-Qur’an dibagi ke dalam 7 bagian. Ini sesuai dengan tradisi para sahabat yang terbiasa mengkatamkan Al-Qur’an setiap tujuh hari sekali.