Asbabun Nuzul Surah Al Ikhlas, Ini Jawaban Mengapa Tak Ada Kata 'Ikhlas' dalam Surah Tersebut!

- 2 Februari 2022, 21:15 WIB
Surat ini menuntut kesetiaan dan ketulusan kita untuk menyembah kepada Allah Al-Shamad. Tanpa pernah menyekutukannya, tanpa pernah bergantung kepada apapun selain kepada-Nya.
Surat ini menuntut kesetiaan dan ketulusan kita untuk menyembah kepada Allah Al-Shamad. Tanpa pernah menyekutukannya, tanpa pernah bergantung kepada apapun selain kepada-Nya. /

MEDIA PEMALANG- Mengapa dinamakan Surah Al Ikhlas sementara tak ada satupun kata ikhlas di dalam ayat-ayatnya? Jika merujuk pada bahasa Arab, kata ini berasal dari akhlasha yang berarti kejujuran, kesetiaan dan ketulusan.

Surat ini menuntut kesetiaan dan ketulusan kita untuk menyembah kepada Allah Al-Shamad. Tanpa pernah menyekutukannya, tanpa pernah bergantung kepada apapun selain kepada-Nya.

Selain disebut sebagai Surah Al Ikhlas, surah ini juga bernama Surah Al-Jamal (Keindahan), Surah At Tauhid (Keesaan), Surah An-Najah (Pembawa Keselamatan), Surah An-Nur (Cahaya), dan Surah Al-Mani’ah (yang menyelamatkan dari siksaan kubur).

Nah, surah ini diturunkan di Makkah setelah orang-orang musyrik mengutus Amir bin Thufail kepada Nabi Muhammad.

Baca Juga: Memilih Aplikasi Al-Qur’an di Android dan iOS, Wajib Perhatikan 7 Hal Ini!

Di hadapan Nabi, Amir bin Thufail bertanya, “Wahai Muhammad, engkau telah menolak tuhan-tuhan yang kami sembah, engkau berpaling dari agama orang-orang tuamu. Atas alasan apa semua ini? Jika karena ingin kaya, kami akan kumpulkan harta kami dan berikan semuanya kepadamu. Jika karena ketidaktahuanmu pada tuhan-tuhan kami,kami akan mengajarimu. Atau jika karena engkau mencintai salah seorang dari istri yang telah kami nikahi? Kami akan sangat bersedia menceraikan dan menikahkannya denganmu.”

Rasulullah menjawab, “Aku tidak miskin, tidak juga karena ketidaktahuanku pada tuhan-tuhan yang kalian sembah. Dan aku bukan seorang yang tergila-gila pada perempuan. Akulah utusan Allah yang berkewajiban untuk menolong kalian dari menyembah berhala kepada menyembah-Nya semata.”

Orang-orang musyrik kembali mengutus Amir bin Thufail untuk kedua kalinya. Dia lalu bertanya kepada Nabi Muhammad, “Terangkan pada kami, apakah tuhan yang engkau sembah terbuat dari batu atau emas (sebagaimana patung-patung yang disembah oleh orang-orang musyrik)?”

Baca Juga: Kisah Hadratussyekh KH. Hasyim Asy'ari Menggendong Nabi Khidir AS

Halaman:

Editor: Argani Palupi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah