Atau bisa jadi merupakan petunjuk tentang jalan yang harus ditempuh oleh seseorang untuk sampai pada makrifat Tuhan.
Perkembangan Sastra Suluk di Nusantara
Masdar Hilmy dalam tulisannya, Suluk dalam Sastra Jawa mengatakan bahwa suluk sebagai karya sastra dimulai semenjak Majapahit berada diujung kehancuran yang ditandai dengan kekacauan politik.
Pada saat itulah dakwah Islam mulai menembus benteng-benteng istana, yaitu melalui unsur-unsur Islam yang telah meresap dan mewarnai sastra budaya istana, didukung oleh masuk Islamnya kalangan priyayi.
Baca Juga: Sejarah Sholawat Burdah yang Wajib Umat Islam Ketahui!
Dengan demikian, maka munculah kitab-kitab berbahasa Jawa yang berisi hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan keislaman.
Demikian juga ketika Islam mulai menyebar dengan berdirinya Kerajaan Demak, maka para priyayi, para cendekiawan dan para sastrawan berusaha menyadap unsur-unsur baru dari kitab-kitab yang bersumber pada lingkungan pesantren.
Hal ini sebagai sarana untuk memperkaya khazanah Budaya Jawa dan untuk mengembangkan karya-karyanya, sehingga lahirlah berbagai macam serat, suluk, wirid, primbon, dan gubahan kisah-kisah yang berasal dari tradisi pesantren baik yang berasal dari bahasa Arab maupun Melayu.***