Oleh karena itu, rentang waktu Indonesia yang lebih cepat empat jam dari Arab Saudi tidak akan berpengaruh seperti yang dikatakan bahwa pelaksanaan Hari Raya Idul Adha seharusnya lebih awal.
Selain itu, Adib juga menyampaikan cara penentuan awal bulan dalam kalender Hijriah yang disepakati oleh Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS).
Menurut kriteria MABIMS, penentuan awal bulan didasarkan pada parameter elongasi harus minimum 6,4 derajat dan fisis gangguan cahaya syafaq (cahaya senja) yang dinyatakan dengan parameter ketinggian minimum 3 derajat.
Kemudian, Adib juga menjelaskan mengenai hasil data hisab pada akhir Zulkaidah 1443 Hijriah pada Kamis, 30 Juni 2022.
Data tersebut menyebutkan bahwa tinggi hilal di Indonesia berada antara 0 derajat 53 menit dan 3 derajat 13 menit dengan elongasi 4,27 derajat sampai 4,97 derajat.
Di tanggal yang sama, posisi hilal di Arab Saudi tampak lebih tinggi dari Indonesia. Hal ini menyebabkan Arab Saudi menetapkan Idul Adha terlebih dahulu pada 9 Juli 2022.
Berbeda dari pemerintah, Pimpinan Pusat Muhammadiyah menetapkan Hari Raya Idul Adha pada 9 Juli 2022 seperti Arab Saudi.
Baca Juga: Inilah Lokasi Pemakaman Jenazah Menteri PANRB Tjahjo Kumolo
Hal ini karena Pusat Muhammadiyah menggunakan kriteria 'wujudul hilal' sebagai penentuan awal Dzulhijjah. Kriteria tersebut menunjukkan posisi bulan di Indonesia sudah di atas ufuk sehingga memenuhi syarat.***