Fenomena Mengerikan Neraka Bocor Terjadi di Negara Tetangga, BMKG Ungkap Nasib Indonesia yang Mengkhawatirkan

- 6 Mei 2024, 12:00 WIB
Jika Anda Menggunakan Obat Ini, Dokter Mengatakan Anda Mungkin Lebih Rentan Terhadap Gelombang Panas.
Jika Anda Menggunakan Obat Ini, Dokter Mengatakan Anda Mungkin Lebih Rentan Terhadap Gelombang Panas. /xusenru/pixabay

MEDIAPEMALANG.COM - Fenomena "neraka bocor" mewabah di sejumlah negara tetangga Indonesia. Di Thailand, misalnya, gelombang panas menghantam dengan suhu maksimum mencapai 52°C, yang menyebabkan sejumlah kasus kematian akibat heat stroke.

Tindak lanjut dari situasi ini, Pemerintah Thailand telah mengeluarkan peringatan cuaca panas ekstrem pada Kamis (25/4/2024). Sementara itu, di Manila, Filipina, suhu mencapai 42 derajat Celcius, memaksa sejumlah sekolah untuk membatalkan kelas tatap muka.

Di Indonesia, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat suhu udara maksimum di atas 36.5°C di beberapa wilayah. Mulai dari Medan, Sumatra Utara, hingga Saumlaki, Maluku, suhu mencapai angka yang tinggi.

Menanggapi hal ini, Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menjelaskan bahwa fenomena suhu panas di Indonesia terjadi karena posisi semu Matahari yang dekat dengan khatulistiwa pada bulan April.

Baca Juga: Waspada Gelombang Panas! BMKG Prediksi Dampak 'Neraka Bocor' di Negara Tetangga Bagi Indonesia

Meskipun demikian, BMKG menegaskan bahwa fenomena ini berbeda dengan heat wave, karena dipicu oleh pemanasan permukaan sebagai dampak dari gerak semu Matahari yang terjadi setiap tahun.

Saat ini, sekitar 63% wilayah Zona Musim diprediksi akan mengalami Awal Musim Kemarau pada Mei hingga Agustus 2024. Namun, beberapa wilayah masih mengalami hujan, seperti Luwu Utara, Banjarbaru, Kapuas Hulu, dan Tanjung Perak Surabaya.

Guswanto menambahkan bahwa BMKG mengidentifikasi potensi peningkatan curah hujan signifikan di beberapa wilayah, dipicu oleh aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO), Gelombang Kelvin dan Rossby Equatorial, serta suhu muka laut yang hangat di sekitar Indonesia.

Kepala Pusat Meteorologi Publik, Andri Ramdhani, menjelaskan bahwa bulan April merupakan periode peralihan musim dari musim hujan ke musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia. Oleh karena itu, masyarakat diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi cuaca ekstrem seperti hujan lebat, kilat/petir, angin kencang, angin puting beliung, dan hujan es.

Halaman:

Editor: Dwi Andri Yatmo


Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah