Belum Kelar Kasus Omicron, Varian COVID-19 Florona Terdeteksi di Israel

- 3 Januari 2022, 11:50 WIB
Dunia digemparkan kasus infeksi Florona dari Israel.
Dunia digemparkan kasus infeksi Florona dari Israel. /Ilustrasi virus. /Pixabay/PIRO4D/

MediaPemalang.com- COVID-19 kembali bermutasi dalam bentuk varian baru, yakni Florona. Gabungan dari flu dan corona tersebut, pertama kali terdeteksi di Israel.

Varian ini akan diinformasikan dapat menyerang sistem kekebalan seseorang karena virus influenza dan SARS-Cov-2 memasuki tubuh pada saat yang bersamaan.

Dilansir dari Indian Express via Antaranews, laporan ini mengatakan bahwa kasus pertama yang terindikasi terkena varian ini adalah seorang wanita hamil yang dirawat di rumah sakit untuk melahirkan.

Diwartakan dari salah satu surat kabar di Israe, Yedioth Ahronoth, wanita muda  tersebut mengaku tidak divaksinasi untuk kedua virus tersebut.

Florona terjadi di tengah meningkatnya kasus varian Omicron dan Delta tengah berkecamuk. Namun, sebenarnya varian ini bukanlah varian baru, kondisi tersebut saat ini sedang dipelajari.

Menurut dokter Israel sendiri, kasus influenza di negara tersebut telah mengalami lonjakan dalam beberapa minggu terakhir.

Menurut WHO, cara paling efektif untuk melindungi atau mencegah diri dari influenza dan COVID-19 yang parah adalah dengan divaksinasi dengan vaksin influenza dan COVID-18.

Baca Juga: Shiba Inu Jadi Koin Paling Populer di Tahun 2021, Apa Kabar Bitcoin?

WHO juga menyarankan bahwa orang harus tetap disiplin menjaga aturan protokol kesehatan seperti menjaga jarak setidaknya satu meter dari orang lain, mengenakan masker yang pas, menghindari kerumunan dan ruang dengan ventilasi buruk, membuka jendela dan pintu untuk membuat udara mudah keluar-masuk serta rajin mencuci tangan.

Apa itu florona?

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menyebutkan bahwa florona adalah dua penyakit yang terjadi pada waktu bersamaan.

"Cara paling efektif untuk mencegah rawat inap serta COVID-19 dan influenza yang parah adalah vaksinasi dengan kedua vaksin tersebut," kata WHO.

Dikutip dari Mayoclinic.org, virus yang menyebabkan COVID-19 dan flu menyebar dengan cara yang sama. Keduanya dapat menyebar di antara orang-orang yang melakukan kontak dekat (dalam jarak enam kaki, atau dua meter).

Virus tersebut menyebar melalui tetesan pernapasan atau aerosol yang dikeluarkan ketika sang penderita berbicara, bersin, atau batuk. Tetesan ini dapat mendarat di mulut atau hidung seseorang di dekatnya atau terhirup.

Baca Juga: Mobile JKN : Mudahnya Layanan BPJS Kesehatan Tanpa Keluar Rumah

Virus ini juga dapat menyebar jika seseorang menyentuh permukaan dengan salah satu virus di atasnya dan kemudian menyentuh mulut, hidung, atau mata.

Dr. Shuchin Bajaj, pendiri serta direktur, Ujala Cygnus Group of Hospitals India menyebutkan bahwa kemungkinan keparahan florona lebih besar karena dapat menyebar lebih cepat.

"Kedua virus tersebut dapat mendatangkan malapetaka di dalam tubuh yang dapat menyebabkan penyakit lain juga. Inilah sebabnya harus menjadi perhatian," kata Dr. Bajaj.

Mayoclinic.org juga menyebutkan serangan COVID-19 dan flu secara bersamaan dapat menyebabkan komplikasi serius, pneumonia, sindrom gangguan pernapasan akut, gagal organ, serangan jantung, radang jantung atau otak, stroke, bahkan kematian.

Diagnosa
Dikutip dari Antaranews, gejala varian florona dapat diidentifikasi dengan flu selama 3-4 hari, sedangkan untuk gejala virus corona muncul dalam 2-14 hari.

Beberapa indikasi terkena florona tidak jauh berbeda dengan ketika seseorang menderita flu atau COVID-19 yakni batuk dan pilek, demam, hidung tersumbat serta pilek.

Baca Juga: Jadwal Program Acara TV di Trans 7, Senin 3 Januari 2022: Check - In Bangkok

Menurut Dr. P Venkat yang dikutip dari Antaranews, dokter penyakit dalam dari Rumah Sakit Paras, Gurugram, India, satu-satunya perbedaan baru akan terlihat ketika sampel dikirim untuk pengujian.

"Tes PCR dilakukan untuk flu di mana kami menguji RNA (atau asam ribonukleat yang penting untuk segala bentuk kehidupan) virus," ujar Dr. Venkat.

"Untuk kedua virus, tes PCR yang berbeda dilakukan sebab genotipe kedua virus berbeda. Itu bisa dibedakan hanya dengan tes laboratorium," lanjutnya.***


Editor: Argani Palupi

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x