Sejarah dan Perkembangan Kitab Suluk, Karya Sastra Bercorak Islam-Tasawuf Gubahan Ulama Nusantara

23 Mei 2022, 11:07 WIB
Karya sastra bercorak Islam berupa kitab-kitab yang berisi masalah tasawuf disebut sebagai kitab atau sastra suluk, gubahan ulama Nusantara /Dok. Perpusnas RI/

MEDIA PEMALANG- Kitab suluk adalah karya sastra bercorak Islam berupa kitab-kitab yang berisi masalah tasawuf yang menggunakan aksara dan bahasa Jawa, mulai berkembang di Nusantara sejak abad ke-16 Masehi.

Mengenai sejak kapan sastra suluk mulai digunakan di kalangan sastra Islam Nusantara belum diketahui secara pasti. Namun menurut sejumlah sumber kasusasteraan Jawa, penggunaan suluk dimulai  sejak awal abad enambelas.

Hal ini dapat dilihat pada penemuan manuskrip yang disebut sebagai Het Boek Van Bonang atau  Een Javaanse Primbon Uit De Zestiende Eeuw (Kitab Sunan Bonang atau Primbon Abad Keenambelas).

Di samping itu, terdapat serat Suluk Sukarasa dan Suluk Wujil, yang menurut Poerbotjaraka, suluk ini merupakan manuskrip tertua dalam literatur Jawa.

Ditinjau dari asal usul bahasanya, suluk berasal dari kata dalam bahasa Arab, yaitu sulukun yang merupakan isim masdar dari salaka, artinya melalui atau menempuh jalan.

Kemungkinan suluk berasal dari perkataan sulukun,  merupakan isim jama’ dari silkun, berarti benang atau tali yang digunakan untuk merangkai intan atau permata.

Baca Juga: Kapan Nabi Muhammad Pertama Kali Melakukan Qunut dalam Shalat Subuh? Kupas Tuntas Sejarah Qunut Subuh

Pengertian di atas yang berkaitan dengan arti kata suluk, yaitu menempuh jalan, dapat dihubungkan dengan ajaran tasawuf, yaitu berarti jalan yang harus dilalui untuk menuju kesempurnaan batin.

Menurut Faqir Abdul Haq dalam Suluk Sujinah, karya sastra bercorak Islam berupa kitab-kitab yang berisi masalah tasawuf adalah kitab suluk, dari sisi kebahasaannya dimaksudkan sebagai petunjuk yang menjadi tali pengikat atau penghubung antara makhluk dengan khaliknya.

Atau bisa jadi merupakan petunjuk tentang jalan yang harus ditempuh oleh seseorang untuk sampai pada makrifat Tuhan.

 

Perkembangan Sastra Suluk di Nusantara

Masdar Hilmy dalam tulisannya, Suluk dalam Sastra Jawa mengatakan bahwa suluk sebagai karya sastra dimulai semenjak Majapahit berada diujung kehancuran yang ditandai dengan kekacauan politik.

Pada saat itulah dakwah Islam mulai menembus benteng-benteng istana, yaitu melalui unsur-unsur Islam yang telah meresap dan mewarnai sastra budaya istana, didukung oleh masuk Islamnya kalangan priyayi.

Baca Juga: Sejarah Sholawat Burdah yang Wajib Umat Islam Ketahui!

Dengan demikian, maka munculah kitab-kitab berbahasa Jawa yang berisi hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan keislaman.

Demikian juga ketika Islam mulai menyebar dengan berdirinya Kerajaan Demak, maka para priyayi, para cendekiawan dan para sastrawan berusaha menyadap unsur-unsur baru  dari kitab-kitab yang bersumber pada lingkungan pesantren.

Hal ini sebagai sarana untuk memperkaya khazanah Budaya Jawa dan untuk mengembangkan karya-karyanya, sehingga lahirlah berbagai macam serat, suluk, wirid, primbon, dan gubahan kisah-kisah yang berasal dari tradisi pesantren baik yang berasal dari bahasa Arab maupun Melayu.***

Editor: Muhammad Aswar

Tags

Terkini

Terpopuler