Lontong Dekem : Lontong Legendaris sejak Tahun 1970, Rasakan Pedas dan Gurihnya Taburan Kelapa

- 2 Januari 2022, 19:05 WIB
Lontong Dekem : Lontong Legendaris sejak Tahun 1970, Rasakan Pedas dan Gurihnya Taburan Kelapa
Lontong Dekem : Lontong Legendaris sejak Tahun 1970, Rasakan Pedas dan Gurihnya Taburan Kelapa /@primagung

MediaPemalang.com - Ada Lontong Dharma, ada pula Lontong Dekem. Sama-sama berbahan dasar lontong, makanan yang muncul di era 1970 ini pun menjadi primadona warga Pemalang.

Rasa pedas dan gurihnya taburan kelapa membuatnya banyak dinanti.

Tahun kemunculan Lontong Dekem secara detil sejatinya belum diketahui, namun mayoritas penjual menyebutkan angka 1970 sebagai angka kemunculannya.

Kebanyakan yang menjual sajian ini merupakan generasi kedua dan ketiga.

Secara harfiah, dekem merupakan istilah dari bahasa Jawa yang menunjukkan posisi duduk, dimana tinggi tempat duduk dan kaki hampir sama, sehingga membuat kakinya tertekuk.

Kelak nama Lontong Dekem diambil dari istilah tersebut.

Baca Juga: Lontong Dharma : Lontong yang Dipadukan dengan Tempe Goreng Tepung, Asli Wajib Coba ketika di Pemalang!!

Penyajiannya berbeda jauh dengan Lontong Dharma. Sajian ini hampir serupa dengan soto dengan adanya suwiran ayam, namun tidak menggunakan tauge.

Kuahnya encer, hampir serupa dengan grombyang, ditambah dengan adanya irisan daun bawang dan taburan serundeng, Sebelum disajikan, lontong Dekem ditaburi remasan kerupuk.

Saat dicicipi, seketika teringat akan nasi grombyang. Rasanya hampir serupa dengan grombyang. Namun ada yang menjadi pembeda yakni rasa pedas yang dihasilkan.

Tidak ada taburan cabai di sana, rasa pedas berasal dari penggunaan daun sirih saat membuat kuahnya.

Baca Juga: Nasi Grambyong, Kuliner 'Wajib Coba' ketika Berkunjung di Kota Pemalang

Taburan kerupuk di atasnya memberi kesan seperti saat menikmati pindang tetel ala Pekalongan.

Sajian ini biasa dihidangkan dengan pelengkap aneka sate, di antaranya sate daging ayam, ati-ampela, kepala dan ceker. Harga sajian ini cukup terjangkau, bekisar Rp11.000-13.000 per mangkuk.

Adapun sate umumnya dijual seharga dua hingga empat ribu rupiah per tusuknya,

Sajian ini hanya dapat dijumpai pada sore sampai malam hari. Anda dapat menuju tenda Lontong Dekem di kawasan Paloran, atau warung "Pak Drajat" di sebelah barat Alun-Alun Pemalang.

Silakan dicoba kuliner berbahan lontong satu ini. Dijamin ketagihan ingin kembali ke Pemalang lagi!***

Editor: Dwi Andri Yatmo

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah