Drone Burung China: Senjata Rahasia Militer Tiongkok?

- 12 Oktober 2023, 22:16 WIB
Drone burung buatan china The ornithopter bird drone Xinge, developed by China’s Northwestern Polytechnical University
Drone burung buatan china The ornithopter bird drone Xinge, developed by China’s Northwestern Polytechnical University /

MEDIA PEMALANG - Para peneliti Tiongkok dari Northwestern Polytechnical University (NPU) telah menciptakan sebuah gebrakan dalam teknologi militer dengan mengembangkan drone burung 'sayap mengepak'. Keberhasilan ini menjadi sorotan di negara tersebut sebagai pencapaian ilmiah yang membanggakan.

Drone ini bahkan berhasil memecahkan Rekor Dunia Guinness dalam hal waktu penerbangan. Dikenal sebagai 'drone bionik', UAV (Unmanned Aerial Vehicle) ini mengadopsi mekanisme terbang yang meniru gerakan burung sungguhan, menjadi bagian dari tren teknologi global oleh para pengembang di seluruh dunia.

"Xinge": Loncatan Teknologi Canggih

Drone yang diberi nama 'Xinge' ini memecahkan rekor durasi penerbangan pendahulunya dengan tambahan hampir satu setengah jam, suatu prestasi yang dianggap oleh NPU sebagai "loncatan teknologi". Sebelumnya, tim dari New Mexico Institute of Technology (NMIT) telah mencoba membangun dan menerbangkan drone dengan menggunakan bagian-bagian asli dari burung yang telah mati dan diawetkan.

Berdasarkan laporan dari China Global Television Network (CGTN), proyek "independen" dari NPU ini menghasilkan pengembangan "merpati pelacak burung" Yunxiao, dan versi terbaru yang lebih canggih, Xinge. Yunxiao mampu terbang selama 2 jam, 34 menit, dan 38 detik, sedangkan Xinge memiliki kemampuan terbang hingga tiga jam, lima menit, dan 30 detik secara terus-menerus dalam satu kali pengisian daya, memecahkan rekor dunia sebelumnya.

Potensi Penggunaan Militer

Selain dari prestasi teknisnya, drone ini juga memunculkan pertanyaan mengenai peran potensialnya dalam konteks militer. Mekanisme sayap mengepaknya, yang meniru gerakan alami burung, membuatnya ringan, kecil, dan menghasilkan sedikit kebisingan.

Hal ini membuatnya dapat disembunyikan dan mudah dibawa ke mana-mana. Drone ini bahkan dapat diluncurkan secara manual dan melayang hingga mendarat, memungkinkannya untuk digunakan dalam berbagai situasi, seperti pengintaian rahasia di lingkungan yang kompleks, penyelamatan darurat, dan penelitian ilmiah di lapangan.

Dengan ketegangan geopolitik di kawasan, terutama antara China dan India, drone burung ini dapat menjadi alat penting untuk melakukan pengawasan taktis terhadap posisi darat di wilayah yang sulit dijangkau. Namun, laporan juga menegaskan bahwa proyek ini adalah inisiatif "independen", yang berarti bahwa Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) tidak terlibat secara langsung dalam pengembangan drone ini.

Halaman:

Editor: Chamdani Lukman Bachtiar


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x