Rusia Akui Perlambat Perang di Ukraina, Inilah Penyebabnya Menurut Menteri Pertahanan Sergei Shoigu

- 26 Mei 2022, 10:30 WIB
Ilustrasi perang Rusia dan Ukraina
Ilustrasi perang Rusia dan Ukraina /Reuters/Marko Djurica/

MEDIAPEMALANG.COM - Rusia telah mengakui perangnya di Ukraina sengaja diperlambat. Tujuannya adalah mengevakuasi penduduk dan menghindari korban di kalangan warga sipil. Pengakuan itu dipaparkan Menteri Pertahanan Sergei Shoigu yang tetap menggunakan narasi 'operasi militer khusus', bukan 'perang' pada Selasa (24/5/2022).

Menurut Shoigu selaku Menteri Pertahanan mengungkapkan bahwa Angkatan Bersenjata Rusia tengah menciptakan koridor kemanusiaan dan mengumumkan gencatan senjata untuk memastikan evakuasi warga yang aman dari pemukiman yang dikepung. Meskipun demikian, pendekatan ini menghambat kemajuan pasukan Moskow.

“Tentu saja, ini memperlambat laju serangan, tetapi itu dilakukan dengan sengaja untuk menghindari korban sipil,” katanya pada pertemuan Dewan Menteri Pertahanan Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO), seperti dikutip Russia Today.

Baca Juga: Dubes Rusia untuk Polandia Disiram Cairan Merah oleh Demonstran, Ini Penyebabnya

Berlawanan dengan klaim Angkatan Bersenjata Ukraina, Shoigu mengatakan bahwa pasukan Rusia tidak melakukan serangan terhadap infrastruktur sipil di mana mungkin ada masyarakat di dekatnya.

Sebaliknya, Shoigu menjelaskan bahwa posisi penembakan telah teridentifikasi dan fasilitas militer Ukraina diserang dengan senjata presisi tinggi. Menteri pertahanan itu juga mencatat bahwa negara-negara Barat, yang takut akan kekalahan pasukan Kiev tentu mempercepat pengiriman bantuan mematikan ke Ukraina dan mengirim penasihat militer dan personel dari perusahaan militer swasta. Dia menambahkan bahwa jumlah tentara bayaran asing di negara itu telah melebihi 6.000 orang.

Akan tetapi, terlepas dari sanksi terhadap Moskow dan bantuan ekstensif yang diberikan ke Kiev oleh Barat, Shoigu mengungkapkan bahwa Rusia akan melanjutkan operasi militer khusus hingga semua tujuannya tercapai.

Baca Juga: Ngeri! Rusia Pamer Rudal Antarbenua Tercanggih Di Dunia, Vladimir Putin: Rusia Tidak Takut Barat atau Siapapun

Shoigu kembali menekankan bahwa situasi saat ini di Ukraina adalah akibat dari penolakan Barat untuk mempertimbangkan proposal Rusia guna menyelesaikan isu-isu kunci mengenai masalah keamanan nasionalnya. Hal ini mencakup penghentian ekspansi NATO ke wilayah timur dan tidak adanya senjata tempur di dekat perbatasan Rusia.

“Semuanya dilakukan persis sebaliknya. Amerika Serikat menetapkan arah untuk pembongkaran total arsitektur keamanan internasional yang ada, menyertainya dengan penyebaran global sistem pertahanan anti-rudal dan pengembangan sistem rudal jarak menengah dan jarak pendek," katanya, menambahkan bahwa NATO berada tepat di depan pintu Rusia dan telah secara signifikan meningkatkan potensi tempurnya.

Shoigu juga mengungkapkan bahwa blok pimpinan AS itu telah mengintensifkan upayanya untuk membuat Ukraina bergabung dengan aliansi dan mengerahkan infrastruktur militer koalisi di wilayahnya dan membuat negara itu bermusuhan dengan Moskow.

Baca Juga: Kemenhan Rusia Beberkan Laboratorium Biologi di Ukraina Diduga untuk Eksperimen Virus Corona

Diketahui bahwa Rusia menyerang negara tetangganya sejak 24 Februari. Menurut Moskow, serangan dilakukan setelah kegagalan Ukraina untuk mengimplementasikan ketentuan perjanjian Minsk yang pertama kali ditandatangani pada 2014.

Serangan tersebut juga berselang sesaat seusai Moskow mengakui wilayah Donetsk dan Luhansk di Donbass, Ukraina timur, sebagai negara merdeka.***

Editor: Soni Susilo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x